Audax 400 km! Surakarta Ultra Cycling Challenge

Flashback sedikit, sebagai cyclist korban pandemi, dulu jangankan membayangkan gowes sejauh 400 km, nanjak di sempur saja saya sudah ngos-ngosan. Masih lekat di ingatan saat pertama kali menyelesaikan gowes sejauh 100 km atau Grand Fondo pertama, kemudian nekat ikut Audax 200 km pertama di Jakarta tahun 2021 silam, nekat juga ikut Audax 300 km Bekasi 2021, kemudian cukup semangat untuk mengikuti beberapa event Audax dan gowes jarak jauh lainnya.

Sejak diumumkan jadwal Audax 2022 yang mencakup Solo 400 km, beberapa teman terdengar antusias dan menargetkan untuk ikut. Walaupun ragu terbersit juga keinginan untuk mencoba keseruan gowes sejauh 400 km. Yang cukup menjadi pertimbangan adalah harus melewati tengah malam bergadang sepedaan, hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.

Kebetulan jadwal Audax Solo di tanggal 30 Juli ini berdekatan dengan jadwal pekerjaan yang mengharuskan saya untuk hadir di Surabaya, dan tidak memungkinkan untuk pulang dahulu ke Bogor kemudian berangkat lagi ke Solo. Sehingga saya memutuskan untuk ke Surabaya membawa sepeda dan terpaksa membawa mobil sendiri.

Selesai urusan pekerjaan di Surabaya pada hari Jumat 29 Juli sore, saya langsung mengarah ke Kota Solo, perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam setelah menembus kemacetan Surabaya. Jadwal pengambilan starterkit hanya sampai pukul 7 malam, sehingga saya menitip pada rekan Chandra untuk mengambilkan starterkit.

Sekitar pukul 9 saya tiba di hotel, karena malam sebelumnya saya juga hanya tidur sekitar 3 jam, maka rasa kantuk sudah tidak tertahankan lagi. Karena kurang tidur ini saya sempat ragu apakah sanggup untuk bergadang menyelesaikan 400 km, atau lebih baik besok lanjut pulang ke Bogor saja, hehe.

Sekitar pukul 5 pagi saya tiba di titik start, di Ramada Hotel Solo, setelah mengikuti antrian yang cukup panjang (infonya sekitar 250 orang peserta mengikuti kelas 400 km) saya mulai meluncur meninggalkan titik start.

Perjalanan ke CP1 dilalui dengan lancar, peserta masih banyak yang berjalan beriringan.

Di CP1 saya istirahat cukup lama dan start kembali bersama Mas Budiono sesama alumni IF ITB dan rekan-rekannya, namun di perjalanan saya terpisah dari rombongan karena di jalan jelek bidon saya terjatuh.

Di CP2 saya bertemu kembali dengan Chandra (sesama alumni SMA 1 Bogor) dan Sigit. Kami start bersama dan sepakat untuk mencari makan di sekitar KM 120-an. Kami berhenti di rumah makan soto di sebelah kanan jalan. Beberapa peserta lain juga tampak istirahat dan mengisi perut di sini. Setelah melahap semangkuk soto, 2 gelas es teh manis, serta mengisi ulang bidon, saya pun melanjutkan perjalanan menuju CP3.

Di CP3 saya bertemu dengan rombongan Mas Dony Adhika dan kawan-kawan Laler Ultra Cyclist. Setelah cukup istirahat, saya melanjutkan perjalanan, namun tak jauh dari CP3 kembali berhenti di masjid untuk solat. Di masjid ini sempat bertemu kembali dengan Tante Deena, Mariska, dan kawan-kawan peserta lain.

Perjalanan dari CP3 menuju CP4 bisa dibilang cukup berat, karena panas sangat terik menyengat, dan secara mental perasaan “belum setengah jalan” seperti menghantui. Kebetulan perut saya juga mulai bergejolak.

Pemandangan yang dilalui sangat indah, namun jika dilihat pada tengah hari di atas sepeda dengan matahari panas menyengat ya rasanya nggak indah-indah banget.

Di CP4 saya langsung menuju toilet untuk bongkar muat. Untungnya CP4 terletak di samping pom bensin dengan toilet yang cukup banyak. Namun sungguh, disuruh jongkok setelah gowes jauh itu bukan perkara yang menyenangkan.

Di CP4 saya bertemu kembali dengan Sigit dan Bagas, waktu menunjukkan sekitar pukul 3 sore, kemudian kami sepakat untuk mencari makan. Tak jauh dari CP4 kami kembali menemui warung Soto, kali ini Soto Lamongan.

Setelah menyantap soto, kami menemui segmen tanjakan berikutnya, overall tanjakan tidak terlalu curam, tapi sejak dari CP1 kami selalu melewati jalanan rolling naik turun naik turun, cukup menguras tenaga.

Menjelang Maghrib menuju CP5, saya mengekor 2 orang dengan jersey kembar, Bagus dan Chandra dari Temanggung, kebetulan pace mereka masih bisa saya ikuti dengan nyaman. Di CP5 kami berbincang dan mereka menawarkan untuk bergabung dengan tambahan 1 orang lagi, Dio dari Solo (aslinya dari Cibubur tapi kerja di Solo katanya). Kami istirahat Solat Maghrib cukup lama (sampai Isya) sebelum melanjutkan perjalanan.

Tak jauh, kami berhenti untuk makan di warung Sate. Ternyata Chandra yang teman SMA sudah lebih dulu tiba di sini dan menyantap ayam goreng. Di sini perut saya semakin tidak enak, sehingga sebelum makan saya kembali berusaha ke toilet, namun gagal mengeluarkan hajat. Satu porsi sate di sini ternyata hanya 5 tusuk, mau nambah tapi takut kelamaan.

Selepas makan sate, semangat saya mulai pulih, sudah tinggal kurang dari 150 km lagi, tak ada pilihan lain selan hadapi. Mau nyerah juga bingung gimana cara pulangnya.

Perjalanan ke CP6 sudah mulai melewati area gelap gulita, kewaspadaan semakin ditingkatkan karena jalan yang dilalui juga kerap kali tidak mulus.

DI beberapa titik kegelapan sempat ada fotografer yang standby mengambil gambar, membuat saya tetap semangat karena “asik ada yang fotoin”.

CP6 (KM 305) terletak di SPBU Tunjungan, cukup lama juga kami istirahat di sini. Rombongan Dony Adhika dan Laler juga tampak istirahat cukup lama di sini.

Mulai dari sini semangat saya cukup tinggi, karena merasa tinggal 1 Check Point lagi yang harus dituju, sebelum Finish.

Jarak dari CP6 ke CP7 cukup jauh, 57 km, dengan kondisi tengah malam dan mata yang semakin mengantuk, ditambah kami sudah menempuh lebih dari 300 km, tentu kondisi fisik mulai menurun. Jalan rolling penuh tanjakan, turunan, tanjakan, turunan, tanjakan lagi menjadi santapan wajib.

Di tengah perjalanan salah satu kawan kami merasa ngelih (lapar) dan kami sepakat untuk mencari mie rebus. Beruntung kami berhasil menemui warung yang masih buka dan menyediakan mie rebus. “Tapi adanya mie sedap mas, bukan indomie” ujar pemilik warung. Bodo amat, mau merk apa juga sikaatt.

Asiknya warung ini juga menjual buah potong dingin di kulkas, termasuk semangka kuning. Saya pun menyantap 2 potong semangka merah dan kuning segar.

Selepas dari warung mie, kami berhitung waktu untuk mengamankan masuk finish sebelum Cut Off Time. Estimasi tiba di CP7 jam 2.30, istirahat sampai jam 3, kemudian dari CP7 ke finish aman lah sebelum COT.

Di CP7 kami kembali bertemu dengan beberapa rekan peserta, ada juga 2 fotografer yang standby sambil membuka laptop dan mengolah foto jepretan sebelumnya, salah satunya Om Jo (fotomotojo) dari Bogor. Juga kembali terlihat Om Johnny Ray masuk CP7.

Seperti terlihat pada foto yang diabadikan Om Jo, saya menyempatkan diri untuk tidur sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Tinggal 38 km menuju finish, namun masih ada segmen tanjakan untuk dilibas.

Sekitar 20 km sebelum finish, tiba-tiba dari belakang datang Om Johnny Ray seorang diri dengan kecepatan tinggi menyusul rombongan kami. Kami pun bergabung sampai akhirnya finish bersama berlima.

Alhamdulillah tuntas juga perjalanan 400 km pertama saya, tanpa kendala dan cedera.

Pemandangan indah, teman terbaik, foto-foto bagus. Lengkap sudah.

Setelah finish PR selanjutnya adalah mengemudi hampir 600km menuju rumah, karena waktu istirahat hanya hingga batas check-out hotel jam 12 siang.

Cerita mengenai sepeda yang saya gunakan mungkin akan dituangkan dalam post terpisah (kalau nggak malas), stay tune!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *