Audax Bandung All Terrain Cycling Challenge 2022 - 200 km

Sabtu, 19 November 2022 kemarin saya kembali mengikuti event Audax di Bandung. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Audax di Bandung ini sedikit berbeda karena bertajuk “All Terrain“, sehingga rute juga mencakup jalan non-aspal.

Lokasi start berada di Hotel Santika, lokasi saya menginap kali ini cukup dekat, hanya beberapa ratus meter saja dari tempat start. Sebelum pukul 5 pagi saya sudah berada di lokasi start, sambil menunggu kedatangan teman-teman dari Bogor saya mulai antri untuk tap kartu brevet di titik start.

Panitia mengarahkan peserta yang sudah hadir untuk segera start untuk menghindari penumpukan peserta, sehingga sebelum tepat pukul 5 kami sudah berangsur memulai perjalanan. Sayangnya kali ini tidak ada lagi arem-arem Audax maupun pisang dari panitia di titik start, hanya ada bengbeng dan cemilan ringan lain. Saya yang tidak sempat sarapan (karena lupa beli pada malam sebelumnya) agak kecewa dan mengandalkan bar/gel saja sebagai pengganti sarapan.

Menuju Check Point pertama di km. 50 – Alfamart Andir Ciparay, rute yang dilalui relatif datar dan lancar, walaupun di sekitar km.40an jalan aspal yang dilalui mulai rusak dan becek.

Tiba di CP1, link google form pada barcode yang disiapkan panitia ternyata belum berfungsi, sehingga kami hanya mengambil foto saja sebagai bukti melewati CP1 jika diperlukan. Di sini saya hanya mengisi ulang air mineral saja, kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Dari CP1 rute mulai menanjak, segmen tanjakan pertama sejauh sekitar 25 km dengan rata-rata gradien 3% menuju Pangalengan. Kami disuguhi pemandangan hamparan hijau yang sangat indah.

Rute berbatu di perkebunan teh Pangalengan ternyata sudah banyak dibeton, sehingga relatif lebih cepat untuk dilalui, namun selepas itu kami diarahkan untuk memasuki rute jalan becek dan berbatu.

CP2 berada di KM96 di daerah CIleunca, tepatnya di sebuah RM Padang yang tidak terlalu besar. Menuju CP2 ini saya sempat mampir untuk mengisi bidon 1x dan makan cakwe untuk mengganjal perut di pinggir kebun teh.

Di CP2 saya menyempatkan diri untuk makan masakan padang (nasi, ayam bakar, dan perkedel). Namun sayang tidak ada es teh manis maupun minuman “berwarna” lain yang sudah diharapkan, harus puas dengan air putih saja.

Selesai makan, Kang Rifan rekan dari Bogor – Peloton de Bodor datang dan makan juga. Saya memutuskan untuk menunggu saja dan melanjutkan perjalanan bersama. Kemudian Om Yonno dan Om Adry juga masuk CP2, dan kami melanjutkan perjalanan bersama.

Tidak jauh dari CP2 terdapat segmen tanjakan berikutnya sepanjang kurang-lebih 7 km di daerah Riung Gunung. Jalur sepi terasa sangat syahdu dan memanjakan mata.

Akhir segmen tanjakan dilanjutkan dengan turunan panjang. Jalan sepi di tengah perkebunan teh Gambung dengan suhu udara berikisar 22 derajat Celcius cukup membuat tubuh kedinginan.

Saya sempat mampir ke Indomaret untuk membeli minuman ringan, roti, dan pelumas rantai untuk melumasi rantai yang kering akibat terkena air.

Beberapa kilometer menjelang CP3 (KM 152) kami memasuki area Waduk Saguling dan menyeberangi jembatan apung yang khas, dan khas juga pungutan Rp.2000 untuk sekali lewat jembatan menggunakan sepeda.

Selepas CP3 kami kembali dihadapkan pada jalan berbatu yang cukup menantang, karena kombinasi turunan, tanjakan, batuan besar dan jalan becek menjadi tantangan tersendiri. Jika belum terbiasa melewati jalan seperti ini pasti akan kesulitan, di media sosial terlihat tidak sedikit peserta yang memilih menuntun, malah ada juga yang sampai jatuh di jalan berbatu ini.

Akhir dari jalan berbatu ini terletak di Kota Baru Parahyangan. Dari sini setelah melalui sedikit jalan raya kami kembali diarahkan menuju gang kecil yang juga merupakan rute tahun 2021 silam. Selanjutnya memasuki wilayah Cimahi kemudian mengarah kembali ke Kota Bandung.

Sekitar pukul 16.40 saya dan Rifan finish di Hotel Santika. Disambut segelas Ice Americano dari panitia untuk menghilangkan dahaga dan mengembalikan energi.

Di titik finish ini juga terdapat layanan cuci sepeda, gratis jika membeli produk Strasse senilai Rp. 100 ribu. Tentu saja saya turut memanfaatkan layanan ini agar sepeda bebas dari lumpur ketika masuk ke mobil untuk pulang esok hari.

Berakhir sudah perjalanan Audax BATCC 2022 ini, Alhamdulillah bisa dilalui dengan relatif lancar tanpa kendala. Terima kasih telah membaca, sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *